Awal tahun 1998, PS – Sumatera Utara
Akan mengakhiri kelas 3 STM disalah satu sekolah menengah Teknik Swasta,
teman-teman disekolah sudah pada punya rencana kemana tujuan setelah tamat
sekolah nanti. Ada yang rencana buka usaha service, ada yang ingin buka usaha,
ada yang mau masuk Angkatan, ada yang mau masuk Polisi, ada yang mau lanjut
kuliah di luar Sumatera Utara. Sementara aku sendiri masih belum menentukan
kemana rencana selanjutnya? Tidak
terpikir dibenakku akan melanjutkan kuliah, karena niat hati masih ingin
senang-senang menikmati kebebasan.
Suatu sore saat dirumah kumpul bersama keluarga, Ibuku tiba-tiba berkata
apa rencana yang akan aku lakukan setelah tamat nanti dari STM? Aku cuma
mengatakan “belum tahu”, karena memang aku belum tahu apa yang akan aku lakukan
selepas tamat STM. Kemudian Ibu aku berkata “kau ke kota B saja kuliah, disana
ada Tulangmu (Paman)”. Aku terdiam, antara senang dan ragu. Soalnya aku masih
senang main sama teman-teman dikampung. Setelah mikir-mikir sebentar, lalu aku
menjawab “ok mak,aku akan ke B tapi aku gak mau langsung kuliah, aku mau
menikmati kebebasan dulu”. Lalu ibu aku bilang “terserah, yang penting jangan
lama-lama dikota ini setelah tamat STM, ditempat ini anak-anak muda
bandal-bandal, banyak yang pakai narkoba”. Lalu aku jawab “iya mak”.
Sekitar Bulan April 1998, PS –
Sumatera Utara
Suatu malam, aku bermimpi aneh. Dalam mimpiku, aku membuka gorden yang
dibaliknya adalah dinding kaca. Ternyata aku berada didalam satu rumah yang aku
tidak tahu itu rumah siapa. Setelah aku buka gorden, diluar rumah terlihat ada
jalan dan dipinggir jalan tersebut ada beberapa becak dayung mangkal. Aku heran
lihat becak tersebut karena belum pernah lihat becak seperti itu. Aku Cuma pernah
lihat becak seperti itu didalam acara televisi. Karena ditempatku, becak
menggunakan motor besar yang dinamakan dengan BSA dan orang ditempat aku
mengatakan bessa (becak). Kemudian aku
terbangun dan memikirkan apa arti mimpiku tersebut? Lalu aku mengambil
kesimpulan kalau mimpi itu tidak punya arti dan cuma hiasan tidur belaka.
Juni 1998, PS – Sumatera Utara
Setelah tamat dari STM dan telah menerima izajah, akupun berangkat ke
kota B menggunakan transportasi darat. Saat itu transportasi darat dari
tempatku ke kota B adalah bus ALS (Antar Lintas Sumatera). Aku berangkat hari
Senin dengan diantar Ibu dan adik-adikku. Sedih sih saat itu harus berpisah
dengan ibu dan adik-adikku serta kota kelahiranku tercinta. Tapi demi
cita-cita, aku harus kuat dan memeluk ibu serta menyalami adik-adikku.
Juni 1998, B – Jawa Barat
Sampai dikota B hari Rabu malam sekitar jam 00.00 lebih turun dari Bus, aku
angkat barang-barangku keluar dari loket pool ALS yang ada di jalan KRC dan
mencari wartel untuk menghubungi Pamanku agar menjemput aku. Selang setengah
jam, Pamanku datang menggunakan sepeda motor bebek. Lalu akupun diajak
kekontrakan mereka. Dikontrakan ini, Pamanku ada 3 orang yang tinggal disana.
Mereka adalah saudara kandung abang beradik. Paman yang menjemput aku masih
kuliah disalah satu kampus ekonomi swasta, satu lagi seumuran denganku baru
tamat SMA, kemudian yg satu lagi naik kelas 3 SMA. Setelah menyimpan bawaanku,
kemudian akupun bersih bersih badan dan mengganti pakaian buat tidur. Sebelum
tidur, aku ngobrol-ngobrol sebentar dengan Paman mengenai kabar keluarga
dikampung dan pengalaman selama perjalanan 3 hari didalam bus. Sambil ngobrol, aku
memperhatikan kondisi kontrakan ini sedikit tua. Ada 3 kamar tidur, 1 kamar
mandi didalam dan satu dibelakang. Kemudian dapur terpisah dengan rumah. Berada
ditengah-tengah komplek perumahan. Posisi rumah pas disudut, dimana didepan ada
jalan komplek dan disamping kanan juga jalan komplek. Disebelah kiri tetangga.
Dibelakang tersisa halaman sedikit lalu rumah tetangga yang dibatasi dengan
parit. Dihalaman belakang ada bekas pompa air yang sudah tidak bisa digunakan
lagi. Setelah itu, akupun tertidur diruang keluarga beralaskan karpet karena
ngantuk.
Ke esokan harinya, aku bangun tetapi Paman-pamanku belum pada bangun. Mungkin
tidurku kurang nyenyak karena bukan dikamar sendiri. Lalu aku berjalan keruang
depan dan mencoba menyibak gorden sekedar mengetahui seperti apa sih wajah
orang-orang B yang isunya cewek-cewek disini cantik-cantik seperti artis Nike
Ardilla dan Desy Ratnasari. Setelah gorden aku buka, ternyata cuma ada beberapa
becak dayung yang mangkal. Kemudian didepan rumah ada tersisa sekitar 1,5 m
halaman yg ditengahnya tumbuh pohon mangga.
Setelah ketiga Pamanku bangun, kamipun minum kopi diruang tengah sambil berbagi
cerita. Oh iya, Paman-Pamanku ini adalah adik-adik ibuku. Mereka 13 bersaudara
dan ibuku adalah yang paling tua. Kebiasaan ditempat ini ternyata kalau
pagi-pagi makan gorengan yang dinamakan dengan bala-bala kalau ditempat aku namanya bakwan. Saat itu harga
gorengan cuma 100 perak. Diantara ketiga Pamanku, aku lebih akrab dengan Pamanku
yang masih sekolah SMA, namanya Saut. Paman aku inipun mengatakan apakah malam
tadi aku tidur nyenyak? Aku mengatakan biasa saja, mungkin karena bukan tempat
tinggalku sendiri jadi aku kurang nyenyak tidurnya. Lalu Pamanpun mengatakan
agar aku jangan kaget kalau ada hal-hal aneh nantinya selama tinggal
dikontrakan ini. Aku sempat sedikit heran kenapa Paman bilang begitu? Tetapi
akhirnya aku pahami, kalau hal-hal aneh yang dimaksud adalah soal hal-hal
gaib/mistis yang terjadi dikontrakan ini. Soalnya bukan sekali dua kali kalau
setiap penghuni baru selalu mengalami gangguan gaib. Tidak cuma malam hari
saja, tapi bisa terjadi saat pagi, siang ataupun sore. Seganas itukah penghuni
tempat ini? Tapi Pamanku justru heran mendengar jawabanku, “oh itu aku tidak
takut Tulang (Paman), aku justru senang dengan hal-hal mistis seperti itu”.
Lalu Pamankupun lega karena aku tidak takut. Dia sendiri sebenarnya takut tapi
karena sudah biasa, jadinya tidak terlalu lagi. Pamanku cerita kalau
dikontrakan ini, setiap orang baru yang menginap, baik itu teman-teman mereka
maupun keluarga yang berkunjung, selalu mengalami pengalaman yang tidak
mengenakkan kalau malam hari saat tidur. Adalah yang kena tindi, ada yang
selimutnya ditarik, ada yang dengar suara orang jalan didepan, ada suara
perempuan ngobrol-ngobrol, ada suara orang mompa air padahal tidak ada pompa
air, yang ada cuma bekas pompa air dibelakang. Dan menurut pengalaman Paman-Pamanku,
mereka berkesimpulan kalau penghuni kontrakan ini ada “perempuan”,
“kakek-kakek” dan juga “anak kecil”. Kalau yang kakek kakek, biasanya didepan
kamar Pamanku (yang menjemput aku, namanya Posma), karena kamar dia punya pintu
depan dan bisa langsung kedepan tanpa melalui ruang depan. Kalau yang
“perempuan”, biasanya ada didepan rumah dibawah pohon mangga dan juga kadang
dibelakang. Kalau yang “anak kecil” biasanya sering terdengar disamping rumah
yang ada jalan komplek samping.
Gangguan Pertama – Tertimpa mahluk
gaib saat tidur
Aku lupa tepatnya
apakah itu hari ketiga atau hari ke empat. Suatu malam saat aku tidur,
tiba-tiba tengah malam aku mendengar ada orang yang ngobrol-ngobrol diruang
tengah. Hanya saja aku kurang jelas apakah itu suara perempuan atau suara
laki-laki? Karena suaranya saat itu tidak terlalu jelas, seakan akan mereka
takut orang terbangun. Semula aku mengira itu adalah teman-teman kuliah Paman aku
yang datang berkunjung. Karena kontrakan ini dijadikan Base camp oleh teman-teman kuliah Pamanku. Tidak jarang mereka
menggunakan tempat ini bermain kartu sampai pagi hari. Tetapi aku pikir-pikir,
kalau teman-teman Pamanku tidak ada berkunjung malam tadi?! Terlintas juga
dibenakku ada maling yang akan masuk kerumah. Aku mulai makin konsentrasi mendengar
obrolan “mereka”. Dan ternyata aku baru sadar kalau penerangan dalam kamar ini
ternyata tidak seperti biasa. Lampu kamar ini biasanya menggunakan lampu neon
warna putih dan bukan seterang lampu teplok (lentera kecil yang bahan bakarnya
menggunakan minyak tanah). Karena penerangan kamar saat ini adalah penerangan
lampu teplok. Samar-samar aku mulai memahami kondisi yang kualami, pasti aku
tidak bisa bergerak dan sukmaku pasti berada dialam gaib. Itu menurutku, karena
aku pernah mengalami kejadian seperti ini saat masih dikampung. Benar saja,
ketika aku coba bergerak ternyata tidak ada satupun anggota tubuhku yang bisa
bergerak kecuali mata. Aku coba bersuara, ternyata benar juga suaraku tidak ada
yang keluar. Aku faham kondisi seperti ini tidak boleh panik. Karena menurut
yang aku baca, kondisi seperti ini bukan karena gangguan hantu, tapi karena
kelelahan dalam otak yang mengakibatkan kinerja otak terganggu sehingga tidak
bisa mengirimkan sinyal ke anggota tubuh sehingga system motoric tubuh kita
terganggu. Aku telah menciptakan trik untuk mengatasi seperti ini, yaitu dengan
tidak panik, atur nafas, tenangin diri, lalu secara perlahan-lahan hitung
sampai 3 dalam hati dan segera menghentakkan tubuh dengan tiba-tiba. Simsalabim
…. Ternyata trik yang aku gunakan berhasil. Saat aku sadar, ternyata kondisi kamar gelap
(biasanya kita tidur mematikan lampu) dan tanganku juga bisa bergerak. Lalu aku
bangun dan keluar kamar sekedar memperhatikan ada apa sebenarnya? Apakah itu
memang betulan orang yg lagi ngobrol atau cuma sekedar mimpi? Ternyata diluar
kamar sunyi senyap dan tidak ada yang aneh. Akupun kekamar kecil sekalian buang
air kecil lalu tidur kembali.
Gangguan kedua – Nenek-nenek di dapur
Seperti yang aku jelaskan dibagian atas, dapur yang kita punya itu berada dibagian belakang. Jadi harus keluar dari pintu belakang untuk memasuki dapur. Dapur ini sudah kumuh tidak terawat. Mempunyai jendela kaca tapi setengah menggunakan nako. Jendela ini tidak punya gorden sehingga aktifitas didalam dapur bisa terlihat orang dari luar. Dinding dapur ini juga sudah menghitam karena lembab dan terkena rembesan air. Genteng juga sudah banyak yang bocor tapi kami tidak punya pilihan, tempat ini menjadi dapur. Kami terpaksa menerima keadaan seperti ini karena biaya kontrakannya murah meriah dIbuat yang punya rumah. Mungkin mereka mikir, daripada tidak ada yang menempati rumah ini, yah dikontrakkan saja dengan harga murah, tanpa renovasi.
Suatu hari aku
pulang dari kota sendirian karena jalan-jalan sekedar mengetahui kota B. Aku
keliling-keliling kota menggunakan angkutan umum dan pulang sekitar jam
setengah 6 sore. Seperti biasa, kami kalau masuk kerumah dari pintu belakang
yang masuknya dari samping. Karena disamping rumah juga jalan komplek. Waktu
itu keadaan sudah mulai samar-samar saat aku turun dari ojek disamping rumah.
Sekilas aku lihat ada orang didapur, seorang nenek-nenek. Nenek tersebut
berdiri persis didepan jendela kaca didalam dapur. Dia melihat kearah jalan
tempat aku turun naik ojek. Setelah aku membayar biaya ojek, kemudian langsung
menuju dapur dimana nenek-nenek tadi terlihat berdiri sekedar memastikan siapa
orang tua tersebut. Aku beranggapan dia adalah tamu atau keluarga yang datang
berkunjung. Waktu aku sampai didapur, aku tidak mendapati siapapun disana. Aku
sempat berdiri didepan pintu dapur dan memikirkan apa yang tadi aku lihat.
Apakah itu benar-benar orang atau Cuma bayangan karena suasana kurang cahaya?
Akhirnya aku menganggap kalau itu cuma ilusinasiku dan aku meneruskan untuk
masuk kerumah. Ternyata Paman-pamanku sudah dirumah 2 orang sambil nonton tv
diruang keluarga yang bersebelahan dengan dapur. Lalu aku ceritakan barusan
yang aku lihat sama kedua Pamanku. Mereka Cuma santai saja menanggapinya dan mengatakan
kalau itu mungkin salah satu penghuni rumah ini. Tidak terlihat kekagetan
dimata mereka dan masih asyik dengan tontonan mereka.
Tahun 1999, Gangguan ketiga – anak-anak kecil bermain disamping rumah
Pernah satu malam aku
lupa persisnya bulan dan hari apa, saat aku tidur dikamar salah satu Pamanku,
kamarnya terletak dibagian belakang pas dipinggir jalan samping. Aku memang
sudah terbiasa tidur sampai larut malam. Waktu itu kami belum ada yang punya ponsel
begitu juga perlengkapan komputer. Jadi aku kalau malam menghabiskan waktu
membaca majalah dan buku-buku. Paman aku sudah tertidur diranjang atas. Karena
ranjang kami bagian bawah bisa ditarik tapi belum springbed. Aku tidur dibagian
bawah. Waktu itu sekitar pukul setengah 2 subuh kalau tidak salah. Pertama aku
mendengar seperti ada suara orang berlari disamping rumah tapi hentakan kakinya
tidak berat. Namanya tengah malam dikomplek perumahan pula, pasti suara sedikit
saja sangat jelas terdengar apalagi suara orang berlari. Semula aku menganggap
itu mungkin anjing yang sedang bermain, karena ada juga beberapa orang dari
daerahku yang tinggal didaerah komplek tersebut dan memelihara anjing. Tetapi semakin
lama suara-suara tersebut makin ramai. Bahkan ada suara-suara anak kecil kalau
menurut aku masih dibawah umur 5 tahun seakan-akan sebelah kontrakan dijadikan
tempat bermain. Aku terus berkonsentrasi menyimak aktifitas disebelah kontrakan
dan aku meyakinkan sesadar-sadarnya kalau itu benar suara-suara anak kecil
sedang bermain. Ada yang ketawa-ketawa, ada yang lempar-lemparan kaleng, ada
yang mukul kayu-kayu. Aku mencoba membangunkan Pamanku yang tidur diatas tempat
tidur, tapi Pamanku tetap lelap dan sudah dibangunin. Iseng aku buka gorden,
walaupun nantinya pas dibuka bukan menghadap samping, karena jendela kamar
menghadap belakang. Tapi setidaknya posisi jendela sudah lebih dekat kesamping
dan pastinya akan kelihatan tanda-tanda kalau ada orang yang berakfitas
disebelah. Ketika gorden aku buka, belum juga tanganku memegang gorden jendela,
suara-suara tersebut sudah hilang berganti dengan suasana sepi mencekam. Saking
penasarannya saya, aku terduduk dibawah jendela bersandar ditembok sambil
memegang gorden, menunggu suara-suara tersebut muncul lagi. Ternyata suara-suara
maupun aktifitas yang tadi tidak muncul lagi. Aku perhatikan dari gorden
jendela yang sedikit tersingkap, dilangit bulan purnama terlihat bulat
bersinar. Hingga kemudian aku mengantuk dan kembali tidur.
Esoknya kejadian
yang tadi malam aku ceritakan kepada Paman-pamanku. Mereka Cuma bilang “sudahlah
biarin saja begitu, yang penting kita tidak diganggu dan tidak mengalami
musibah sampai sejauh ini”. Setelah aku pikir-pikir, yah betul juga, ngapain
juga aku usil ngusik keberadaan mereka sedang mereka tidak mengganggu. Mereka cuma
beraktifitas layaknya kita beraktifitas didunia kita.
Masih ditahun 1999, Perempuan Memompa Air - Kuntilanak
Hari-hari aku lalui
seperti biasanya dan semua fenomena-fenomena ganjil yang ada dikontrakan sudah
tidak terlalu aku gubris. Karena memang aku bukan tipe orang penakut terhadap
hal-hal gaib. Aku justru suka ada hal-hal gaib disekitarku. Bukan berarti aku
takabur dan sok jagoan, cuma aku senang mengamati hal-hal yang berbau mistis
sekedar ingin mengetahui bagaimana sih kehidupan didunia mereka?
Seperti malam itu,
cuaca sejak sore memang tidak bersahabat, gerimis mulai sore sampai malam.
Walau tidak deras, tapi awetnya kebangetan. Kadang berhenti kadang turun
dikit-dikit. Kebetulan dikontrakan ada teman-teman Paman Posma datang
berkunjung dan menginap dikontrakan. Kami nonton DVD rentalan sampai jam 12
malam. Setelah beberapa film kami tonton, satu persatu mereka tepar didepan tv
karena ngantuk. Berhubung aku juga ngantuk, aku mematikan tv dan dvd begitu
juga lampu ruang tamu. Yang hidup Cuma lampu ruang keluarga karena mereka semua
tidur disana begitu juga Pamanku Obet. Aku kemudian masuk kamar dan tidur
sambil matikan lampu. Kali ini aku tidur dikamar sendirian. Karena Paman tidur
diruang tamu. Tadinya aku mau tidur disana, tapi aku lihat tempat sudah tidak
ada. Jadinya aku beranjak kekamar dan tidur sendiri.
Aku terbangun tengah
malam karena aku dengar ada suara besi bergesekan pelan-pelan. Aku tidak
langsung beranjak dari tempat tidur, aku tetap posisi berbaring sambil mengumpuli
kesadaran untuk memahami suara tersebut. Suara tersebut seperti suara engsel
besi karatan yang berbunyi “ngekkk ngekkk ngekkk”. Yah itu suara pompa air yang
digunakan menggunakan tangan. Bukan pompa air listrik. Tapi suara ini seperti pompa
yang sudah lama tidak digunakan dan kedengarannya yang memompa sangat keberatan
memompa airnya. Lama aku merenungi suara dibelakang rumah memastikan itu suara
apa sebenarnya? Masa jam-jam segini ada orang yang mengambil air tengah malam?
Karena waktu itu perhitunganku sekitar jam 2 atau jam 3 subuh. Gerimis masih
ada kedengaran dari jatuhan air dari atas genteng ke tanah. Berlahan-lahan aku mulai sadar, kalau
dibelakang rumah pompa air sudah tidak bisa digunakan lagi dan cuma tinggal
besi rongsokan yang gagangnya sudah tidak ada lagi. Itupun pompanya sudah tidak
kelihatan lagi warnanya karena sudah ditutupi karat yang tebal. Aku tetap
menyimak aktifitas “orang mompa air” dibelakang rumah dan berusaha memastikan
apakah ada suara air keluar? Ternyata suara air tidak ada keluar tapi suara
pompa yang lagi digunakan tetap terdengar dengan durasi tetap. Ada 15 menit aku
menunggui suara itu apakah akan berhenti atau gimana? Ternyata suara itu tetap saja
ada. Seakan akan yang mompa belum memenuhi air di embernya. Pelan-pelan aku bangun dari tidur dan
berjinjit-jinjit menuju jendela kamar. Posisi aku tetap duduk dan sudah dibawah
jendela. Pelan-pelan dan hati-hati, aku singkap gorden sedikit demi sedikit,
dan… ternyata diluar kamar tepatnya dibelakang rumah persis ditempat pompa air,
ada seseorang seperti perempuan berambut panjang berbaju putih sedang memompa
air. Mahluk tersebut membelakangiku tapi rambutnya dibelakang terurai panjang
hampir menyentuh tanah. Rambut mahluk tersebut seperti kena pintal bergumpal
gumpal kasar. Tidak seperti rambut kuntilanak yang diperankan Suzanna di “malam
satu suro”. Rambut ini gimbal-gimbal
tidak terurus. Baju mahluk tersebut banyak noda-noda lumpur seakan-akan petani
baru turun kesawah. Aku sempat shock melihat pemandangan tersebut tapi ini
benar-benar nyata bukan mimpi. Ternyata tidak seperti di film-film horror yang
kalau diposisiku melihat hantu sambil mengintip dari balik gorden, hantunya
akan melihat. Tidak, bukan seperti itu. Mungkin hantunya lagi galau atau lagi
melamunin apa, yang jelas hantu itu tidak melihat kearahku. Dia tetap asik
dengan pompa airnya yang airnya tak kunjung ada. View dari jendela kamar aku mengintip
tidak bisa melihat wajah. Hanya bisa melihat dari samping itupun bagian
belakang.
Pelan-pelan sambil
berjinjit, aku keluar dari kamar dan jalan pelan-pelan keruang tamu. Karena
view dari jendela ruang tamu yang ada disebelah pintu memungkinkan aku untuk
melihat bentuk wajahnya. Dan lagian aku tidak takut melihatnya dari ruang tamu
karena rame orang yg tidur. Pelan-pelan gorden jendela ruang tamu aku buka, eh
ternyata keadaan diluar sunyi senyap. Tidak ada penampakan kuntilanak lagi yang
memompa air. Yang ada diluar cuma bekas pompa air rongsokan tampa handle.
Sekitar 5 menit aku clengak-clenguk mengitari pandangan disekitar belakang
rumah, ternyata tetap kuntilanak yang mompa air tersebut sudah tidak ada lagi.
Akhirnya akupun kembali kekamar dan rebahan ditempat tidur sambil memikirkan
kejadian yang baru aku alami.
Tahun 2000, Tamu tertidur dikamar mandi
Pernah disatu waktu,
teman-teman Pamanku datang bermain dikontrakan. Ternyata mereka kumpul sejak
siang hari khusus untuk bermain kartu (judi). Kalau mereka main judi kartu, aku
ketiban untung. Aku dapat uang kebersihan dengan membuat baskom kecil ditengah
mereka. Setiap satu putaran, yang menang memasukkan 1000 perak. Hasilnya aku cuma
masak mie instan sama mereka dan juga kopi. Sisanya buatku. Mereka bermain
kartu sampai malam dan bubaran jam setengah 2 malam. Mereka tidur dimana-mana,
ada yang dikamar, ada yang dikarpet, ada yang disofa.
Pagi harinya ada
kejadian lucu dan aneh. Gimana tidak, ada teman yang ternyata tidur dikamar
mandi bersandar dipintu kamar mandi. Kami semua rame-rame menanyai dia kok bisa
tidur dikamar mandi? Padahal tadi malam tidak ada minum-minuman keras atau
minuman alcohol. Teman inipun kebingungan kenapa dia bangun-bangun sudah
dikamar mandi?! Padahal tadi malam dia tertidur di sofa ruang tamu depan.
Memang sih ruang tamu itu didepan kamar mandi dalam. Dan dia terbangun didalam
kamar mandi dalam. Padahal dia ke toilet cuma saat bubaran saja sebelum tidur.
Tengah malam dia tidak ada terbangun untuk kekamar mandi. Yang jelas menurut
dia, dia tidak habis pikir kenapa bisa berada dikamar mandi. Dia memang sudah
tahu kondisi kontrakan itu jauh-jauh hari kalau kontrakan tersebut ada
“penghuni” gaib. Walaupun begitu, mereka toh tidak pernah jera datang dan
menginap dikontrakan. Karena “penghuni” kontrakan sejauh ini belum ada pernah
mencelakai kami ataupun tamu yang datang kesana. Mereka Cuma iseng saja
menunjukkan eksistensi mereka dikontrakan itu. Kita sih santuy selama “mereka”
juga santuy. Heheheh
Jauh Hari Sebelum Saya Datang di kota B ini
Pernah teman pamanku
cerita samaku. Mereka pernah buat percobaan disalah satu kamar dikontrakan ini.
Diantara 3 kamar yang ada dikontrakan ini, kamar yang paling seram yang berada
diruang keluarga. Kenapa dibilang kamar
yang paling seram? Karena dikamar ini biasanya teman-teman pamanku yang tidur
sering mengalami gangguan. Saking seringnya kamar ini “beraktifitas”, iseng-
iseng teman-teman paman menyarankan membuat percobaan dikamar ini.
Paman: “percobaan
seperti apa yang akan kita buat?”
Rudi (teman paman) : “bagaimana kalau malam ini jangan ada yang tidur dikamar ini, tempat tidur kita rapikan, selimut dilipatin. Kemudian dilantai kita taburi bedak, rata disemua lantai kamar”. Pamanpun menyetujui ide tersebut.
Tiba malam hari,
bukan malam Jumat Kliwon tapi Selasa malam. Kebetulan dikontrakan tidak ada
perempuan yang tinggal jadi kita tidak punya bedak. Akhirnya yang mereka
gunakan tepung dibeli dari warung. Tepung yang mereka gunakan warna putih dan
kelihatan licin. Tidak tahu itu jenis tepung apa, waktu itu dibeli seperempat
kilo. Tempat tidur sudah dirapikan, sprei dibuat ketat seperti sprei rumah
sakit, pintu yang keluar kamar dikunci rapat-rapat dan kuncinya disimpan. Lampu
kamar dimatikan, kemudian pintu yang masuk kedalam dari ruang keluarga juga
dikunci dari luar dan kuncinya juga disimpan oleh paman. Mereka tetap bersikap
seperti biasa dikontrakan, ngobrol sambil nonton acara televisi hingga kemudian
mereka tertidur diruang keluarga didepan tv.
Keesokan harinya,
mereka tidak langsung membuka kamar, seperti yang diceritakan rudi.
Rudi : “besoknya
kami tidak langsung membuka kamar, kami masih santai-santai diteras depan
ngopi-ngopi sambil makan gorengan”.
Aku : “berapa orang
kemarin bang dikontrakan waktu membuat percobaan itu?”
Rudi : “Ada 6 orang kami waktu itu, Pamanmu bertiga, aku dan 2 orang
kawan kami si Herman dan si
Bonar”.
Setelah mereka santai-santai ngopi dan makan gorengan, mereka siap-siap
membuka kamar yang mereka buat eksperimen. Paman Posma mengambil kunci kamar yang
disembunyikan ntah darimana?! Pelan-pelan, pintupun terbuka….
Pembaca pasti tidak yakin apa yang terjadi dikamar itu? Dilantai kamar,
penuh bekas kaki tapi tidak terlihat ada bentuk jari kaki. Bekas-bekas kaki
tersebut tidak sama semua bentuknya. Ada yang besar, ada yang panjang tapi
tidak lebar, ada seperti bekas kaki anak kecil. Tapi semua tidak kelihatan
bentuk jari. Kemudian posisi tempat tidur yang sebelumnya rapi dengan sprei
ketat, sudah sembrawut. Selimut yang tadinya terlipat rapi diatas tempat tidur
kini terurai setengah dilantai seperti habis kena pakai. Semua yang menyaksikan
terdiam dan pada melongo dari depan pintu kamar. Sialnya saat itu kata Rudi,
tidak ada yang punya kamera agar bisa mengabadikan apa yang terjadi dikamar
itu.
Satu persatu mereka kembali keteras dan memikirkan apa yang terjadi?
Mereka sempat saling tuduh kalau salah satu dari mereka ada yang curang dan
memasuki kamar serta mengacak-acak isi kamar. Paman saya cuma ketawa dan
mengatakan kalau itu tidak mungkin. Soalnya kunci disimpan sama dia dan juga
didepan pintu kamar, teman-temannya pada tidur menghalangi pintu kamar. Bahkan
mereka sendiripun tidak yakin dengan apa yang terjadi dikamar itu. Tetap saja
mereka saling curiga satu sama lain. Hingga salah satu dari mereka nyeletuk.
Bonar : “gini sajalah, kita ke pasar K beli kepala babi sama darahnya”.
Rudi : “buat apa?”
Bonar: “kan tidak semua orang menyukai babi, siapa tau dulu waktu masih hidup, arwah dirumah ini mengharamkan daging babi. Dengan begitu, dia pasti akan pergi karna tempat ini sudah menjadi nazis buat mereka”.
Yang lain-lain setelah mendengar penjelasan dia pada tertawa, menganggap itu adalah hal konyol dan sangat konyol banget. Tapi penjelasan si Bonar inipun menurut mereka masuk akal juga walau konyol. Cuma ada risiko yang mereka kuatirkan, nanti habis mereka buat, “penghuni” kontrakan ini bukan malah pergi, tapi malah jadi ganas!
Paman: “ya udah kita buat seperti itu saja, kalaupun nanti hasilnya
hantu-hantu disini jadi ganas, kita cabut saja dari sini dan cari kontrakan
yang lebih nyaman”.
Seminggu kemudian, mereka melakukan apa yang telah mereka rencanakan.
Mereka pergi ke pasar K membeli kepala babi dan sepelastik 2 kiloan darahnya.
Waktu itu hari Minggu, siang hari sehabis pulang ibadah Minggu.
Setelah mereka menyediakan segala sesuatunya untuk “ritual” tanpa orang
Pintar hanya ritual orang pintar-pintaran. Darah babi tersebut mereka cecerin
keliling rumah dan tempat-tempat yang sering ada penampakan. Termasuk diatas
asbes rumah, dapur, wc belakang dan kamar mandi. Kemudian, kepala babinya mereka
sup bulat-bulat pakai periuk besar. Kebetulan ukuran kepala babinya kecil
karena memang menggunakan babi yang kecil. Habis disup, mereka makan bersama
rame-rame dan mengeluarkan daging yang ada pada kepala babi tersebut. Setelah
isi kepala babi tersebut mereka habiskan, kepala babi tersebut beserta darah
babi yang tersisa mereka tanam dibelakang rumah dibagian sudut.
Kemudian Rudi melanjutkan ceritanya
Rudi : “adalah 2 bulan semenjak kami buat darah babi itu, tidak ada
hal-hal aneh kami alami, tidurpun nyenyak, tapi itu cuma 2 bulan”.
Selanjutnya setelah 2 bulan, hal hal ganjil seperti sebelumnya masih
tetap terjadi sehingga mereka membiarkan saja kejadian tersebut.
Masih ditahun 2000, Perempuan yang menampakkan diri didalam kontrakan
Suatu waktu, ada
sepupu jauh datang dari kampung. Sebenarnya sepupu ini punya saudara-saudara
juga dikota B ini. Dia cuma datang berkunjung setelah dari rumah saudaranya.
Namanya Ucok. Saat itu aku sudah kuliah disalah satu kampus swasta dikota B.
Sedang Pamanku yang seumuran denganku diterima disalah satu kampus negeri di
Jawa tengah. Kemudian Pamanku yang kemarin kuliah sudah lulus dan kerja di
kabupaten P, masih di Jabar. Kalau Pamanku yang kemarin masih SMU, sekarang
udah tamat dan tidak dikota B lagi. Otomatis dirumah tinggal aku sendiri. Aku
tidur dikamar yang sebelah ruang keluarga karena lebih dekat dengan tv. Kami
tidur dikamar ini dengan si Ucok sepupuku tersebut. Dia gak mau tidur dikamar
lain, katanya tidak enak kalau tidak ada teman.
Malam harinya
sehabis nonton, kita tidur. Aku dikasur atas dan dia dikasur bawah. Tetiba
tengah malam aku terbangun tapi tidak bisa bergerak. Kembali aku
“ketindihan”. Aku melirik kebawah tempat
si Ucok berbaring, ternyata dia gemetaran menggigil seperti orang kena malaria.
Aku berusaha melepaskan ketindihan yang aku alami. Setelah berjuang
berkali-kali akupun bisa lepas dari rasa ketindihan. Aku lihat dibawah si Ucok
ini masih gemtaran sambil berucap “kenapanya dengan badanku ini....huuuuhhhhh
kenapanya badanku ini…. “. Begitulah dia selalu berulang mengucapkan. Akhirnya aku
bangunkan dia.
“eh cokkk…cok, kau
kenapa?”
Diapun bangun.
“emang kenapa bang?
Gak apa apa kok”.
“apanya yang tidak
apa-apa? Dari tadi kau gemetaran sambil ngomong kenapanya dengan badanku ini?”.
“kau mimpi yah cok?”.
Lalu dia jawab
“gak bang, gak
kenapa-kenapa kok, cuma rasanya capek”.
Lalu akupun menyuruh
dia kembali tidur. Akupun berdoa menurut kepercayaanku. Karena ada doa yang aku
percaya mampu mengusir tentang hal-hal gaib yang berkaitan dengan hantu.
Setelah aku berdoa, baru aku sadari kalau pintu kamar tidur kami terbuka lebar.
Padahal biasanya pintu aku tutup kalau mau tidur. “ah mungkin si ucok tadi
kekamar kecil dan lupa menutup pintunya”
bathinku. Baru saja aku hendak turun menutup pintu, tiba-tiba didepan pintu ada
muncul seorang perempuan. Kemunculannya bukan tiba-tiba ada seperti di
film-film hantu. Tapi perempuan ini seperti datang dari ruang tamu menuju kamar
kami layaknya manusia biasa. Aku terbengong, bukan takut. Terlintas dibenakku
mungkin itu adalah teman Pamanku yang datang berkunjung. Dan akupun baru
teringat kalau dirumah tidak ada orang kecuali kami berdua, aku dan si Ucok. Aku
memperhatikan perempuan yang ada didepan pintu itu. Ceweknya putih, ciri khas
orang sini. Tingginya sekitar 150an cm, rambutnya pendek. Sekilas terlihat
seperti orang cina, tapi ini bukan cina. Menurut aku ini cewek asli pribumi.
Kita berdua hanya saling tatap-tatapan. Dia didepan pintu, aku diatas ranjang.
Lalu diapun pergi lagi kearah ruang tamu. Anehnya saat itu, aku turun dari
tempat tidur dan menutup pintu kamar dan kemudian tidur. Seakan-akan itu bukan
suatu hal yang aneh padahal justru aneh! Seandainya otak warasku bekerja saat
itu, harusnya aku mikir perempuan itu siapa? Kok bisa muncul dirumah ini?
Malingkah?.
Hingga kemudian pagi
harinya aku terbangun. Aku masih memikiri kejadian tidak masuk akal yang aku
alami tadi malam. Akupun ceritakan sama si ucok dan dia cuma bilang kalau aku cuma
mimpi. Padahal itu bukan mimpi. Yah siapa sih orang yang akan percaya kalau
kita menceritakan hal-hal gaib yang tidak masuk akal? Mana ada orang percaya?
Sekian dulu cerita
dari saya. Sebenarnya masih banyak cerita mengenai hal yang aneh-aneh
dikontrakan ini. Cuma kalau aku ceritain semua, rasanya sudah menjadi tidak
aneh lagi saking seringnya mengalami hal mistis. Mungkin lain kali aku akan
menuliskan pengalaman aku selama tinggal di mes organisasi kampus. Tempat yang
paling seram yang pernah aku tempati. Dimana sekumpulan tentara jepang baris
berbaris didepan kantor dan perempuan misterius menggunakan pakaian ala keraton
di film “Angling Dharma” mengendarai delman tengah malam dikawal oleh beberapa
orang pengawal membawa tombak.
Terimakasih karena
sudah membaca cerita saya, silahkan beri komentar. Salam
=
Tarambal =