This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sunday, 25 October 2020

Santet Janur Ireng - Part 2


Intan Kuncoro

Alunan kendang dan gending beradu dalam buaian musik yang memabukkan di ikuti gerakan luwes badan seorang penari yang mengenakan topeng kayu dari pohon sono, Mira mengamati acara ludruk malam ini dengan tawa bersuka cita, ludruk sendiri adalah sebuah kesenian tari yang biasa di ikuti dengan senda gurau dimana penonton biasa di libatkan dalam lakon dan drama. Pertunjukan ludruk sendiri sudah lama di kenal di tanah jawa bahkan sejak dulu kala, salah satu dari banyaknya kekayaan budaya khas Nusantara.

Suara tawa penonton terdengar sesekali manakala si penari yang kebanyakan di perankan oleh lelaki melontarkan candaan kepada lawan main yang biasa di sebut lakon di dalam seni pertunjukan. Mira dan penonton lain tampak begitu antusias, bersama dengan anak-anak desa Mira duduk di  barisan paling depan.  Usia Mira sendiri belum menginjak sepuluh tahun bersamaan dengan anak-anak lain yang sebaya dengannya. Manakala ketika si penari mulai menekuk badan mengikuti gerakan dan dendang nada dari 

Gamelan yang di tabuh tiba-tiba dari  tempat Mira bersila di atas rumput mendadak menjadi sunyi senyap. Mira terdiam gelisah karena sewaktu saat pertunjukan ludruk sedang berlangsung Mira melihat sesosok 

Wanita berambut panjang yang memiliki tinggi nyaris lebih dari 2 meter, ia tiba-tiba hadir dan berdiri di belakang sang penari. Dengan hanya berbusana seperca kain putih yang lusuh ia menunduk dalam diam, Mira 

Tertuju pada tangan dan kuku jarinya yang panjang sekali, tak hanya itu ia juga memiliki rambut yang panjang tergerai tak berujung, Mira menatap sosok itu yang kini seperti sedang memperhatikannya.


Mira masih tertegun menatapnya terlebih saat Mira baru sadar tempat ia bersila tak lagi di temukan keramaian yang sebelumnya di penuhi warga kampung yang sedang menyaksikan ludruk. Lapangan rumput itu kini menjadi tempat kosong yang sunyi senyap sebelum perlahan Mira melihatnya, entah

Bagaimana sosok itu muncul satu persatu di sekitar tempat Mira duduk.

"Miraaa" ucap sosok itu mendekatinya. "mrinio nduk" (kesini nak).

Mira tak menggubris ucapan sosok itu, namun Mira tak dapat mengabaikan sosok lain yang kian lama kian ramai, mulai dari sosok tanpa kulit yang di bungkus kain kafan, hingga sosok hitam besar dengan bulu lebat yang memenuhi tempat itu.

  

Mira gemetar menyaksikannya, ia tak mengerti bagaimana ia bisa sampai di tempat ini. Sebelumnya yang ia lihat hanyalah warga dan anak-anak desa namun sekarang, tempat ini justru di penuhi makhluk-makhluk yang biasa hadir di dalam mimpi Mira.

 "nduk" sosok itu mendekat, caranya berjalan begitu aneh. Ia tak mengangkat kakinya melainkan menyeret kakinya. Mira merangkak mundur namun sosok itu mendekat lebih cepat, Mira tersudut karena yang terjadi tempat itu sudah di penuhi balak lelembut.

  

Tangannya yang kurus kering menyentuh kepala Mira. Ia membelai rambut Mira dengan begitu lembut, wajahnya yang tertutup rambut kini mulai nampak di depan mata Mira, wajahnya sayu, tampak begitu menderita, air mata'nya menetes dan ia membisikkan sesuatu kepada Mira.

"janur ireng iku tondo pitu lakon isok dikalahno, nanging dalan iku isek suwe, amergo loro bakal di rasakno kabeh kanggo ngadep ratu" (janur hitam adalah pertanda bahwa sang tujuh bisa di kalahkan, namun jalan itu masih lama, karena sakit akan di rasakan oleh semua untuk dapat bertemu dengan sang ratu) Mira tersentak membuka mata. Keningnya berkeringat dengan tangan gemetar hebat, Mira terdiam menatap sekeliling, untungnya tak di temuinya pemandangan mengerikan itu. Sudah lama sekali Mira tak memimpikan peristiwa itu yang hingga saat ini masih sulit untuk di bedakan oleh dirinya sendiri apakah pengelihatan itu adalah bagian dari ingatan di masa lalunya ataukah hanya sebuah mimpi yang datang secara tiba-tiba. Mata Mira teralihkan pada jarum infus di tangannya, ia tak mengerti kenapa bisa sampai ada di tempat ini saat, ngilu di bahu'nya tiba-tiba terasa menyakitkan, Mira baru sadar dengan apa yang sebelumnya terjadi.

  

Kudro bercerita tentang bayu saseno menyelam dalam ingatan masalalunya, mencari dimana keberadaannya dalam tatanan bunga wijayakusuma karma pesugihan (end)


Seorang wanita misterius yang mengenakan blazer merah datang menemuinya, entah apa yang terjadi setelahnya karena hal terakhir yang Mira ingat adalah ia melompat keluar dari jendela tepat di lantai tujuh tempat kantor Mira berada.

  

Tak beberapa lama seseorang membuka pintu. Mira menoleh melihat seorang lelaki jangkung dengan jenggot tebal dan rambut hitam tebalnya melangkah masuk.


"Mira, lo udah sadar?"


Mira tak menggubris pertanyaan lelaki itu melainkan Mira justru bertanya tentang sesuatu yang lain. "rik, dia mati?"

"mati? Siapa?" tanya lelaki bernama Riko itu.

"perempuan itu, dia yang nusuk gw"

Riko tidak mengerti maksud Mira. "sorry. Tapi kayanya ada yang salah di sini?"

"salah" "-salah gimana maksudnya?" tanya Mira.


"yang nusuk bahu lo itu" Riko terdiam lama, "diri lo sendiri".

 ***

"matamu!! Maksud lo gw yang nusuk bahu gw sendiri begitu" teriak Mira tak mengerti.

  

"tenang Mir, kondisi lo 

Masih belum stabil." ucap Riko menenangkan, "lo inget di ruangan kita 

Ada cctv yang baru di pasang beberapa bulan lalu?"

  

"iya. Inget" ucap Mira.

  

"jadi, setelah gw denger

 lo teriak, gw langsung pergi menuju kantor, dan di sana gw lihat lo 

Udah terkapar dalam keadaan kritis dan darah lo ada di mana-mana" Riko terdiam sejenak menatap ekspresi Mira, "masalahnya gak ada siapa-siapa di sana, cuma ada lo"

"bentar" ucap Mira, "waktu lo datang. Lo gak lihat ada perempuan jatuh, lompat dari kantor kita"

"gak ada" ucap Riko dengan wajah yakin. "gak ada siapapun di sana ataupun lompat. Gak ada Mir!!"

 "trus? Lo ngecek cctv?" tanya Mira masih penasaran.

"ya. Itu yang gw lakukan sama security yang bertugas saat itu" Riko terdiam, ia melipat tangan sebelum melanjutkan ceritanya. "di cctv, gw lihat lo masuk ke ruangan kemudian duduk, entah apa yang lo lakuin, gak jelas, kayanya lo lagi baca buku atau jurnal dan setelah lo duduk, lo berdiri kemudian keluar 

Dari ruangan" Riko menatap mata Mira "gak beberapa lama, lo balik dengan kondisi membawa pisau, dan hal berikutnya adalah, ya.. Lo udah tahu akhirnya, lo nusuk bahu lo berkali-kali sambil tertawa. Aneh tau gak. Kalau lo gak percaya, gw bakal tunjukin rekamannya"

Mira hanya diam, ia tak percaya sedikitpun dari apa yang di ucapkan oleh Riko.

"di mana jurnal gw?"


Riko merogoh isi tas'nya mengeluarkan jurnalnya, memberikannya kepada Mira. 

"ada lagi? Buku kulit? Lo lihat kan, warnanya cokelat?"

Riko hanya menatap Mira binung, "gak ada lagi Mir, hanya ini yang ada di sana"

"ada lagi bangsat!!" teriak Mira, "di meja gw ada buku kulit warnanya cokelat dan ada tulisan aksara jawabanya!!"

  

"gw gak lihat Mir-" ucap Riko.

Mira tak tau apa yang terjadi, ia yakin bila ada seorang wanita misterius yang menusuknya lalu bagaimana mungkin tiba-tiba semua ini menjadi dirinya sendiri yang menusuk bahunya.

Mira membuka jurnal, melihat satu-persatu halaman di dalamnya, namun Mira merasa ada yang 

Salah dengan jurnalnya. Riko yang mengamati Mira tampak menyadari dari ekspresi wajah Mira yang seperti kebingungan.

  "ada apa Mir, ada yang salah?"

Mira menoleh menatap Riko, "ada yang sengaja ngerobek beberapa halaman jurnal gw!"

Mira kembali melihat halaman-halaman di dalam jurnalnya satu persatu itu sampai ia berhenti 

Di sebuah halaman lain, di sana tertulis sebuah pesan yang entah di tulis oleh siapa.

"bayu sasono iku lawang sing mok golek'i, tapi kuncine onok nang Intan Kuncoro" (bayu sasono adalah pintu yang harus kamu cari, tapi kunci dari pintu itu ada pada nama Intan Kuncoro)

Mira terdiam merenung sesaat. Ada sesuatu yang sedang menunggunya, siapa –nama-nama ini. Mira tak mengerti sama sekali.

**

 terdengar suara pintu di ketuk.  


"nduk, awakmu jek gak enak tah?" (nak, badanmu masih gak enak?)

  "iyo pak. Enten nopo?" (iya pak. Memang ada apa?)

"iki loh, onok tamu kepingin ketemu" (ini loh ada tamu yang ingin bertemu)

"sopo?" (siapa)

"metu dilek to nduk, bapak gak enak wes kadong ngomong nek onok awakmu nang omah" (keluar dulu dong nak, bapak gak enak karena sudah terlanjur bilang kalau kamu ada di rumah)

"nggih pak" (baik pak)

Pintu terbuka. Langkah kaki terdengar di sepanjang lantai tanah di dalam rumah gubuk itu, manakala langkah kaki sampai di muka pintu rumah, sosok lelaki yang mengenakan kemeja putih itu menatap sayu.

"sri, piye kabare, aku teko mrene kepingin nyampek'no hal sing ngganjel sampek sak iki?" (sri, gimana kabarnya, aku datang kesini ingin menyampaikan sesuatu yang mengganjal sampai saat ini?)

  

"tentang opo mas?" (memangnya tentang apa mas?)

 "Kuncoro dan awal mula Janur Ireng".


Arjo Kuncoro


Mobil melaju di atas jalanan beraspal dengan pemandangan pohon besar nan tinggi di sekitarnya. Langit mendung, Sri menatap lurus jalanan yang ada di depannya. Aneh. Tak di temui pengendara lain di jalan ini selain dirinya sendiri seakan jalan panjang ini tak pernah di lewati lagi oleh siapapun. Sugik sendiri terlihat fokus menyetir tanpa mengeluarkan sepatah katapun seakan Sri tidak pernah ada di sampingnya.



Setelah lama berkendara, terdengar suara gemuruh di atas langit, sebuah pertanda akan datangnya badai. Sri hanya diam, teringat bagaimana Sugik mengatakannya tadi, sesuatu tentang "Janur ireng". Sebuah kepingan puzzle yang entah bagaimana membuat Sri begitu tertarik untuk tahu peristiwa apa yang sebenarnya terjadi pada sebuah keluarga bernama "Kuncoro". Kepingan puzle yang sampai saat ini masih tercecer di hadapannya.



Mobil tiba-tiba berhenti di depan sebuah  jalanan buntu yang tertutup oleh pohon besar nan tinggi, di sekitarnya di penuhi rumput dan ilalang liar yang rimbun. Sugik menatap Sri memberikan gestur tanda mengangguk sebelum melangkah keluar bersama-sama. Pandangan Sri menatap ke arah rumput dan ilalang liar yang ada di hadapannya. Dalam hati, Sri bertanya-tanya, tempat apa sebenarnya ini. 

Sugik melangkah ke bagasi mobil di belakang, ia mengeluarkan sesuatu dari sana, ketika Sri memandangnya ia melihat Sugik mendekat dengan dua bilah parang panjang.

"kediamane Kuncoro onok nang walek'e kebon iki" (kediaman rumah Kuncoro ada di balik rumput ini)

Sugik melangkah lebih dahulu, ia melewati Sri sebelum menyabitkan parangnya membuka jalan dan Sri mengikutinya dari belakang.

Tercium bau busuk aroma yang tidak mengenakan saat Sugik dan Sri berjalan bersama, aroma bangkai yang seperti sudah lama membusuk namun Sri tak mengerti bebauan apa yang ia cium.

Sugik terus menerus memangkas rumput dan ilalang liar yang ada di depannya, tanpa memperdulikan aroma itu Sugik terus menembus lahan yang luasnya hampir berhektar-hektar. Ia tak mengerti, sehebat dan sekaya apa pemilik lahan ini dan bagaimana tempat ini bisa di tinggalkan begitu saja.

Langit masih mendung dengan gemuruh guntur yang sesekali terdengar hingga akhirnya setetes hujan mulai turun, Sugik seperti tahu panggilan alam maka ia mempercepat langkah dan sabitan parangnya sementara Sri sudah memegangi kepalanya saat hujan semakin deras, tiba-tiba Sri mendengarnya, lewat sayup-sayup angin yang berhembus Sri mendengar suara teriakan orang-orang dari balik semak-belukar dan lahan ilalang liar suara dari orang –orang yang menjerit tersiksa, Sri berhenti melangkah, matanya menatap sekeliling, namun tak di temui apapun selain ilalang liar yang bergesekan satu sama lain karena angin sebelum Sri melihatnya.


Sesuatu yang melintas begitu saja di antara ilalang, seorang perempuan berambut pendek yang menatap dirinya. Matanya cokelat dengan senyuman yang manis, ia mengenakan gaun putih dengan corak khas arsir jawa, ia melintas lalu lenyap di balik ilalang lain, Sri tiba-tiba merasakan firasat yang tidak menyenangkan. 


Tatapan sosok itu seakan menghipnotis dirinya. Merasakan senyuman manis itu seperti sebuah kutukan pedih yang pernah Sri lihat ketika Sabdo Kuncoro tersenyum untuk terakhir kalinya saat makhluk hitam itu memelintir kepalanya sebelum melemparkannya di hadapan Sri.

"Sri. Kowe gak popo" (Sri, kamu gak papa?) tanya Sugik, ekspresi wajahnya tampak khawatir.

"gak popo mas" (gak papa mas) jawab Sri,

"yo wes, ayok. Udan'e tambah deres" (ayok. Hujannya semakin deras) sahut Sugik menarik tangan Sri.

Di balik jalanan bersemak yang Sugik buka, Sri melihat sebuah rumah tua dengan bangunan bergaya pendopo, begitu luas, begitu megah, namun tak lagi terawat. Di sana-sini di temukan sulur-sulur tanaman merambat liar dan pohon-pohon beringin besar yang tumbuh di sekitar halaman. Sugik kembali menarik tangan Sri, membawanya mendekati teras rumah, di sana Sri bisa merasakan bahwa rumah ini pasti sudah di tinggalkan bertahun-tahun hingga tak ada lagi kehidupan yang tersisa di tempat ini. Hanya sebuah lahan tua yang di penuhi kengerian, tiba-tiba terdengar suara pintu berderit terbuka, Sugik ada di sana, menatap Sri.

"masuk Sri, bakal tak duduhi opo iku sing jeneng'e Janur Ireng" (Masuk Sri, akan aku tunjukkan apa itu Janur hitam) 

 Sugik berjalan di atas lantai kayu, langkah kakinya menggema di sepanjang rumah besar ini yang sebagian di bangun dengan kayu jati dan ukiran khas jawa yang begitu kental. Bermodalkan lampu petromaks yang Sugik temukan di atas meja, Sugik melangkah dengan cahaya pijar menelusuri lorong yang di penuhi pintu-pintu tua yang bercorak gelap gulita tak terjamah.

Beberapa kali Sugik berhenti, menerangi beberapa sudut seakan di rumah itu ada sesuatu yang mengamatinya. Sri sendiri merasakan sesuatu yang tidak mengenakan, beberapa kali sayup suara orang menangis terdengar dari jauh namun Sri tidak yakin dengan perasaannya.

"nang ndi mas?" (di mana mas?)

"mari ngene Sri" (sebentar lagi Sri)

Sugik terus berjalan, gemuruh dan suara gerimis hujan masih terdengar di luar namun mereka seakan tak perduli dan terus melanjutkan langkah mereka hingga sampailah di sudut ruang paling gelap.

Sugik mendorong pintu itu, dan di dalamnya ia menemukan satu kursi tua yang ada di tengah ruang besar itu.

Sri tak mengerti kenapa Sugik membawanya kesini. Ia pun tak tahu menahu sampai Sugik menatap ke langit-langit. Sri mengikuti mata Sugik.

Tepat di atasnya. Ada sembilan belas Janur ireng yang di ikat dengan berhelai-helai daun pandang kering.

Sugik meletakkan petromaks di atas satu kursi itu, sementara mata Sri masih menatap sekeliling, bingung, ia pun mendekati Sugik saat jejak kakinya terasa aneh, seperti ia menginjak genangan air, ketika Sugik meninggalkan kursi itu, cahaya pendar dari lampu petromaks yang menyala akhirnya menyorot ruangan kosong itu.

Sri tercekat saat sadar, dirinya tengah menginjak lantai kayu yang di genangi darah kental yang masih segar ia menatap Sugik yang juga menatap dirinya.

"getih sing onok nang kene, gak isok garing. Iki getih'e wong sing dadi tumbal amergo Janur Ireng" (darah yang ada di sini, tidak pernah bisa mengering. Ini adalah darah dari semua orang yang sudah menjadi tumbal janur hitam)

Sugik terdiam lama sebelum matanya beralih pada kursi dengan lampu petromaks itu. 


"itu adalah kursi tempat Arjo Kuncoro merobek isi perutnya sambil tertawa dan berteriak bahwa semua akan mendapatkan pembalasan yang setimpal"

"Janur ireng iku tentang getih sing di mulai amergo manten nyowo" (Janur hitam adalah tentang darah kental di atas sebuah pernikahan bermodal nyawa)


Bersambung...

  

Monday, 21 September 2020

Mantera Pengasihan (umum)

Bismillaahirrohmaanirrohiim

Allohumma kun fayakuun

Pangrupaku Nabi Yusuf

Badanku Nabi Muhammad

Pangucapku laa ilaaha illallaah

Muhammad rasululloh

Tekaku seneng ingsun lunga pangleng

Teka welas teka asih

Ati lan pikire wong sekabeh

Pada welas asih pada idep

Maring badan ingsun

Teko madep manut aku saklawase Soko kersaning Allah


Syarat :


Puasa Mutih selama 3 hari sebelumnya mandi keramas terlebih dahulu pada hari pertama puasa.

Selama puasa membaca amalan sebanyak 3 x setelah selesai shalat lima waktu

Monday, 19 March 2018

GUSTI KANJENG RATU KIDUL BERASAL DARI TANAH BATAK

MENGUAK ASAL USUL KANJENG RATU KIDUL

AGUS SISWANTO DAN EKA SUPRIATNA

Pada tgl. 6 Februari 2008 lalu, Misteri mendapat undangan seorang rekan bernama Malau. Beliau mengajak Misteri untuk mengikuti ritual di Pelabuhan Ratu, Sukabumi. Sebuah ritual untuk mengungkap asal usul Kanjeng Ratu Kidul. Tentu saja tawaran itu Misteri sambut hangat. Terlebih ketika dia mengatakan bahwa Kanjeng Ratu Kidul berasal dari Tanah Batak.

Sejauh ini terdapat berbagai pendapat seputar asal usul sosok Kanjeng Ratu Kidul. Ada yang mengatakan, Kanjeng Ratu Kidul sesungguhnya adalah Ratu Bilqis, isteri Nabi Sulaiman Alaihissalam. Dikisahkan, setelah wafatnya Nabi Sulaiman as., Ratu Bilqis mengasingkan dirinya ke suatu negeri. Di sana beliau bertapa hingga moksa atau ngahyang.

Legenda lain seputar Kanjeng Ratu Kidul adalah Dewi Nawang Wulan, sosok bidadari yang pernah diperisteri Jaka Tarub. Sedangkan kisah lain tidak secara spesifik menyebutkan asal Kanjeng Ratu Kidul, kecuali dia puteri seorang raja di Tanah Jawa.

Sinyalemen Kanjeng Ratu Kidul berasal dari Tanah Batak bukannya tanpa alasan. Isu ini pertama kali dibicarakan tahun 1985, ketika dalam suatu acara adat Batak di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), beberapa orang mengangkat masalah ini. Tetapi rupanya tidak terlalu mendapat respon yang hadir. Isu pun tenggelam dengan sendirinya.

Ketika Misteri membuka internet, hanya terdapat satu situs yang menyinggung masalah ini. Itupun hanya dalam beberapa baris kalimat saja. Demikian kutipannya:

“Ini dia cerita tentang Ratu Laut Selatan yang dipercaya sebagian orang sebagai Biding Laut, saudara dari Saribu Raja yang notabene adalah keturunan Raja Batak.…tapi baca dulu kisahnya ya… siapa tau Nyi Roro Kidul emang keturunan Raja Batak”. (23 desember 2004)

Hanya sekilas saja kalimat yang menyinggung Kanjeng Ratu Kidul sebagai orang Batak.

Padahal, sebagaimana diungkapkan Silalahi, di daerah Samosir ada seorang wanita yang kerap kali kemasukan roh Kanjeng Ratu Kidul. Wanita bernama Boru Tumorang ini sering mengaku sebagai Kanjeng Ratu Kidul ketika sedang trance. Itulah sebabnya, Boru Tumorang sengaja didatangkan ke Jawa untuk mengikuti ritual menguak asal usul Kanjeng Ratu Kidul.


LEGENDA BIDING LAUT

Sebelum melakukan perjalanan ke Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Misteri menyempatkan diri berbincang-bincang dengan Silalahi (40 thn), spiritualis yang akan memimpin ritual tersebut.

“Legenda asal usul Kanjeng Ratu Kidul berasal dari Tanah Batak ini tidak lepas dari kisah Raja-raja Batak,” demikian Silalahi memulai ceritanya.

Dikisahkan, perjalanan etnis Batak dimulai dari seorang raja yang mempunyai dua orang putra. Putra sulung diberi nama Guru Tatea Bulan dan kedua diberi nama Raja Isumbaon.

Putra sulungnya, yakni Guru Tatea Bulan memiliki 11 anak (5 putera dan 6 puteri). Kelima putera bernama: Raja Uti, Saribu Raja, Limbong Mulana, Sagala Raja dan Lau Raja. Sedangkan keenam puteri bernama: Biding Laut, Siboru Pareme, Paronnas, Nan Tinjo, Bulan dan Si Bunga Pandan.

Putri tertua yakni Biding Laut memiliki kecantikan melebihi adik perempuan lainnya. Dia juga memiliki watak yang ramah dan santun kepada orangtuanya. Karena itu, Biding Laut tergolong anak yang paling disayangi kedua orangtuanya.

Namun, kedekatan orangtua terhadap Biding Laut ini menimbulkan kecemburuan saudara-saudaranya yang lain. Mereka lalu bersepakat untuk menyingkirkan Biding Laut.

Suatu ketika, saudara-saudaranya menghadap ayahnya untuk mengajak Biding Laut jalan-jalan ke tepi pantai Sibolga. Permintaan itu sebenarnya ditolak Guru Tatea Bulan, mengingat Biding Laut adalah puteri kesayangannya. Tapi saudara-saudaranya itu mendesak terus keinginannya, sehingga sang ayah pun akhirnya tidak dapat menolaknya.

Pada suatu hari, Biding Laut diajak saudara-saudaranya berjalan-jalan ke daerah Sibolga. Dari tepi pantai Sibolga, mereka lalu menggunakan 2 buah perahu menuju ke sebuah pulau kecil bernama Pulau Marsala, dekat Pulau Nias.

Tiba di Pulau Marsala, mereka berjalan-jalan sambil menikmati keindahan pulau yang tidak berpenghuni tersebut. Sampai saat itu, Biding Laut tidak mengetahui niat tersembunyi saudara-saudaranya yang hendak mencelakakannya. Biding Laut hanya mengikuti saja kemauan saudara-saudaranya berjalan semakin menjauh dari pantai.

Menjelang tengah hari, Biding Laut merasa lelah hingga dia pun beristirahat dan tertidur. Dia sama sekali tidakmenduga ketika dirinya sedang lengah, kesempatan itu lalu dimanfaatkan saudara-saudaranya meninggalkan Biding laut sendirian di pulau itu.

Di pantai, saudara-saudara Biding Laut sudah siap menggunakan 2 buah perahu untuk kembali ke Sibolga. Tetapi salah seorang saudaranya mengusulkan agar sebuah perahu ditinggalkan saja. Dia khawatir kalau kedua perahu itu tiba di Sibolga akan menimbulkan kecurigaan. Lebih baik satu saja yang dibawa, sehingga apabila ada yang menanyakan dikatakan sebuah perahunya tenggelam dengan memakan korban Biding Laut.

Tapi apa yang direncanakan saudara-saudaranya itu bukanlah menjadi kenyataan, karena takdir menentukan lain.

BIDING LAUT DI TANAH JAWA

Ketikaterbangun dari tidurnya, Biding Laut terkejut mendapati dirinya sendirian di Pulau Marsala. Dia pun berlari menuju pantai mencoba menemui saudara-saudaranya. Tetapi tidak ada yang dilihatnya, kecuali sebuah perahu.

Biding laut tidak mengerti mengapa dirinya ditinggalkan seorang diri. Tetapi dia pun tidak berpikiran saudara-saudaranya berusaha mencelakakannya. Tanpa pikir panjang, dia langsung menaiki perahu itu dan mengayuhnya menuju pantai Sibolga.

Tetapi ombak besar tidak pernah membawa Biding Laut ke tanah kelahirannya. Selama beberapa hari perahunya terombang-ombang di pantai barat Sumatera. Entah sudah berapa kali dia pingsan karena kelaparan dan udara terik. Penderitaannya berakhir ketika perahunya terdampar di Tanah Jawa, sekitar daerah Banten.

Seorang nelayan yang kebetulan melihatnya kemudian menolong Biding Laut. Di rumah barunya itu, Biding Laut mendapat perawatan yang baik. Biding Laut merasa bahagia berada bersama keluarga barunya itu. Dia mendapat perlakuan yang sewajarnya. Dalam sekejap, keberadaannya di desa itu menjadi buah bibir masyarakat, terutama karena pesona kecantikannya.

Dikisahkan, pada suatu ketika daerah itu kedatangan seorang raja dari wilayah Jawa Timur. Ketika sedang beristirahat dalam perjalanannya, lewatlah seorang gadis cantik yang sangat jelita bak bidadari dari kayangan dan menarik perhatian Sang Raja. Karena tertariknya, Sang Raja mencari tahu sosok jelita itu yang ternyata Biding Laut. Terpesona kecantikan Biding Laut, sang raja pun meminangnya.

Biding Laut tidak menolak menolak pinangan itu, hingga keduanya pun menikah. SelanjutnyaBiding Laut dibawanya serta ke sebuah kerajaan di Jawa Timur.

TENGGELAM DI LAUT SELATAN

Biding Laut hidup berbahagia bersama suaminya yang menjadi raja. Tetapi kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Terjadi intrik di dalam istana yang menuduh Biding Laut berselingkuh dengan pegawai kerajaan. Hukum kerajaan pun ditetapkan, Biding Laut harus dihukum mati.

Keadaan ini menimbulkan kegalauan Sang Raja. Dia tidak ingin isteri yang sangat dicintainya itu di hukum mati, sementara hukum harus ditegakkan. Dalam situasi ini, dia lalu mengatur siasat untuk mengirim kembali Biding Laut ke Banten melalui lautan.

Menggunakan perahu, Biding Laut dan beberapa pengawal raja berangkat menuju Banten. Mereka menyusuri Samudera Hindia atau yang dikenal dengan Laut Selatan.

Namun malang nasib mereka. Dalam perjalanan itu, perahu mereka tenggelam diterjang badai. Biding Laut dan beberapa pengawalnya tenggelam di Laut Selatan.

Demikianlah sekelumit legenda Biding Laut yang dipercaya sebagai sosok asli Kanjeng Ratu Kidul.

“Dalam legenda raja-raja Batak, sosok Biding Laut memang masih misterius keberadaannya, Sedangkan anak-anak Guru Tatea Bulan yang lain tercantum dalam legenda,” kata Silalahi dengan mimik serius.

Sementara itu, Boru Tumorang (45 thn) mengaku sudah lama dirinya sering kemasukan roh Kanjeng Ratu Kidul. Terutama terjadi saat kedatangan tamu yang minta tolong dirinya untuk melakukan pengobatan. Tetapi Boru Tumorang tidak mengerti mengapa raganya yang dipilih Kanjeng Ratu Kidul. Semuanya terjadi diluar keinginannya.

RITUAL PEMANGGILAN KANJENG RATU KIDUL



Untuk membuktikan keberadaan sosok legenda Biding Laut yang dipercaya sebagai Kanjeng Ratu Kidul, Misteri bersama 8 orang rekan yang semuanya bersuku Batak sengaja datang ke Pelabuhan Ratu untuk melakukan ritual pemanggilan roh Kanjeng Ratu Kidul.

Lokasi pertama adalah makam Guru Kunci Batu Kendit Abah Empar. Lokasi ini cukup dikenal masyarakat, terutama yang hendak melakukan ritual pemanggilan Kanjeng Ratu Kidul. Konon, di tempat ini Kanjeng Ratu Kidul memang biasa muncul.

Sebelum melakukan ritual, sebagaimana biasanya beberapa ubo rampe telah disiapkan, diantaranya: jeruk, jeruk purut, apel, daun sirih, pisang raja, anggur, minyak jin, kembang sepatu, tepung beras, kelapa dan gula (itaguruguru-bahasa Batak).

Sekitar pukul 22.30 malam, dimulailah acara ritual pemanggilan roh Kanjeng Ratu Kidul. Ketika itu, Silalahi dan Boru Tumorang tampak membaca mantera-mantera.Beberapa saat kemudian, Silalahi mulai menampakkan perubahan ekspresi wajah. Sosok gaib yang dipanggil tampaknya telah merasuk ke dalam raganya. Belakangan Misteri mengetahui, sosok gaib itu adalah roh Raja Batak.

Sementara dalam waktu hampir bersamaan, Boru Tumorang pun memperlihatkan ekspresi kesurupan. Tiba-tiba tubuhnya tersungkur lalu merangkak bergeser posisi. Setelah itu, dia kembali duduk dengan wajah tertunduk dan mata terpejam. Roh Kanjeng Ratu Kidul telah merasuk ke dalam raga wanita asal Samosir ini.

Terjadilah dialog dalam bahasa Batak antara Silalahi (yang sudah kemasukan roh Raja Batak) dengan Boru Tumorang dan beberapa orang yang hadir. Sepanjang dialog itu, ekspresi wajah Boru Tumorang berubah-ubah. Terkadang tersenyum, tertawa, menangis dan melantunkan lagu berisi sejumlah nasehat.

Kalimat pertama yang diucapkan Kanjeng Ratu Kidul adalah

”Kenapa baru sekarang kalian datang untuk menemui saya? Padahal saya sudah lama berada di sini,”ujar Kanjeng Ratu Kidul melalui bibir Boru Tumorang.

Ketika salah seorang yang hadir bertanya tentang Biding Laut, seketika Kanjeng Ratu Kidul menukas,” Ya, sayalah Biding Laut. Terserah apakah kalian akan percaya atau tidak.”

Selanjutnya dialog meluncur begitu saja. Beberapa dialog yang Misteri catat diantaranya saat Boru Tumorang menangis sambil berkata:

“Boasa gudang hamo nalupa tuauito (kenapa kalian sudah lupa sama saya)?” ujar Kanjeng Ratu Kidul melalui bibir Boru Tumorang. “Ahado sisukunonmuna (Apa yang kalian mau pertanyakan)?” lanjut Kanjeng Ratu Kidul.

“Hamirotuson nanboru namagido tangiansiangho (Kami datang kesini untuk minta doa dari Nyai),” jawab salah seorang yang hadir.

“Asadikontuhata pasupasu dohut rajohi (Biar diberikan Tuhan berkat kepada kami),” kata yang lain.

Tampak Boru Tumorang menggoyang-goyangkan tubuhnya. Kepalanya seperti digelengkan, terkadang mengangguk-angguk. Sesaat kemudian dia berkata,

“Posmaruham, paubahamuma pangalaho rohamuna (Percayalah. Asalkan kalian berubah sikap dan tingkah laku menjadi lebih baik, itu pasti akan terjadi).”

“Molonang muba rohamu nalaroma balainna he he mamuse kuti tuinjang (Kalau tidak berubah sikap dengan baik akan muncul bencana lagi-tsunami)”

“Dangdiadia dope namasae naosolpu nalaroma muse naung gogosiani (Belum seberapa bencana yang sudah lalu. Lebih dahsyat bencana yang akan datang lagi. Kalau kalian tidak percaya kepada Tuhan).”

Nasehat Kanjeng Ratu Kidul itu tampaknya ditujukan ke semua orang. Sedangkan kepada anak keturunannya dari suku Batak, Kanjeng Ratu Kidul berkata,

”Posmarohamu amang paboanhudoi tuhamu pomparanhu dibagasan parnipion (Percayalah. Semua keturunanku akan saya beritahukan lewat mimpi masing-masing).”

“Posmaroham amang patureon hudo sube popparamme (Percayalah, akan saya bantu dan saya tolong semua keturunannmu ini).

Kanjeng Ratu Kidul juga berpesan kepada semua manusia agar tidak membeda-bedakan suku, ”Pabohamu tumanisiae asa unang mambedahon popparanhisude (Beritahu kepada semua manusia supaya tidak membedakan suku).”

Selanjutnya dia berkata lagi,”Asarat martonggo mahita tuoputa (Marilah kita bersama-sama berdoa kepada Tuhan).”

Dialog dengan roh Kanjeng Ratu Kidul itu berlangsung sekitar setengah jam. Isi dialog sarat dengan nasehat kepada manusia agar selalu berbuat kebajikan.

Namun yang pasti, dalam dialog itu juga Kanjeng Ratu Kidul menceritakan sosok asal usul dirinya dan nama aslinya.

Upaya penelusuran ini membuka wacana baru seputar asal usul Kanjeng Ratu Kidul. Acara ritual ini pun tidak dimaksudkan untuk membenarkan satu fihak. Sebagaimana dikatakan Silalahi,

“Kami tidak bermaksud mengklaim kebenaran pendapat kami,”ujar Silalahi sambil tersenyum. “Tetapi kami hanya mencoba mengangkat kembali sebuah isu yang sudah lama berkembang di daerah kami. Kebenarannya boleh saja diperdebatkan,” lanjutnya.

Benar apa yang dikatakannya. Sosok gaib Kanjeng Ratu Kidul memang layak diperdebatkan. Keberadaan maupun asal usulnya bisa darimanapun juga. Tetapi yang pasti, nasehat-nasehat Kanjeng Ratu Kidul yang diucapkan melalui medium yang kesurupan, seringkali mengingatkan kita untuk selalu percaya kepada Tuhan.



RITUAL PEMANGGILAN KANJENG RATU KIDUL

Untuk membuktikan keberadaan sosok legenda Biding Laut yang dipercaya sebagai Kanjeng Ratu Kidul, Misteri bersama 8 orang rekan yang semuanya bersuku Batak sengaja datang ke Pelabuhan Ratu untuk melakukan ritual pemanggilan roh Kanjeng Ratu Kidul.

Lokasi pertama adalah makam Guru Kunci Batu Kendit Abah Empar. Lokasi ini cukup dikenal masyarakat, terutama yang hendak melakukan ritual pemanggilan Kanjeng Ratu Kidul. Konon, di tempat ini Kanjeng Ratu Kidul memang biasa muncul.

Sebelum melakukan ritual, sebagaimana biasanya beberapa ubo rampe telah disiapkan, diantaranya: jeruk, jeruk purut, apel, daun sirih, pisang raja, anggur, minyak jin, kembang sepatu, tepung beras, kelapa dan gula (itaguruguru-bahasa Batak).

Sekitar pukul 22.30 malam, dimulailah acara ritual pemanggilan roh Kanjeng Ratu Kidul. Ketika itu, Silalahi dan Boru Tumorang tampak membaca mantera-mantera. Beberapa saat kemudian, Silalahi mulai menampakkan perubahan ekspresi wajah. Sosok gaib yang dipanggil tampaknya telah merasuk ke dalam raganya. Belakangan Misteri mengetahui, sosok gaib itu adalah roh Raja Batak.

Sementara dalam waktu hampir bersamaan, Boru Tumorang pun memperlihatkan ekspresi kesurupan. Tiba-tiba tubuhnya tersungkur lalu merangkak bergeser posisi. Setelah itu, dia kembali duduk dengan wajah tertunduk dan mata terpejam. Roh Kanjeng Ratu Kidul telah merasuk ke dalam raga wanita asal Samosir ini.

Terjadilah dialog dalam bahasa Batak antara Silalahi (yang sudah kemasukan roh Raja Batak) dengan Boru Tumorang dan beberapa orang yang hadir. Sepanjang dialog itu, ekspresi wajah Boru Tumorang berubah-ubah. Terkadang tersenyum, tertawa, menangis dan melantunkan lagu berisi sejumlah nasehat.

Kalimat pertama yang diucapkan Kanjeng Ratu Kidul adalah

”Kenapa baru sekarang kalian datang untuk menemui saya? Padahal saya sudah lama berada di sini,”ujar Kanjeng Ratu Kidul melalui bibir Boru Tumorang.

Ketika salah seorang yang hadir bertanya tentang Biding Laut, seketika Kanjeng Ratu Kidul menukas,” Ya, sayalah Biding Laut. Terserah apakah kalian akan percaya atau tidak.”

Selanjutnya dialog meluncur begitu saja. Beberapa dialog yang Misteri catat diantaranya saat Boru Tumorang menangis sambil berkata:


“Boasa gudang hamo nalupa tuauito (kenapa kalian sudah lupa sama saya)?” ujar Kanjeng Ratu Kidul melalui bibir Boru Tumorang. “Ahado sisukunonmuna (Apa yang kalian mau pertanyakan)?” lanjut Kanjeng Ratu Kidul.

“Hamirotuson nanboru namagido tangiansiangho (Kami datang kesini untuk minta doa dari Nyai),” jawab salah seorang yang hadir.

“Asadikontuhata pasupasu dohut rajohi (Biar diberikan Tuhan berkat kepada kami),” kata yang lain.

Tampak Boru Tumorang menggoyang-goyangkan tubuhnya. Kepalanya seperti digelengkan, terkadang mengangguk-angguk. Sesaat kemudian dia berkata,

“Posmaruham, paubahamuma pangalaho rohamuna (Percayalah. Asalkan kalian berubah sikap dan tingkah laku menjadi lebih baik, itu pasti akan terjadi).”

“Molonang muba rohamu nalaroma balainna he he mamuse kuti tuinjang (Kalau tidak berubah sikap dengan baik akan muncul bencana lagi-tsunami)”

“Dangdiadia dope namasae naosolpu nalaroma muse naung gogosiani (Belum seberapa bencana yang sudah lalu. Lebih dahsyat bencana yang akan datang lagi. Kalau kalian tidak percaya kepada Tuhan).”

Nasehat Kanjeng Ratu Kidul itu tampaknya ditujukan ke semua orang. Sedangkan kepada anak keturunannya dari suku Batak, Kanjeng Ratu Kidul berkata,

”Posmarohamu amang paboanhudoi tuhamu pomparanhu dibagasan parnipion (Percayalah. Semua keturunanku akan saya beritahukan lewat mimpi masing-masing).”

“Posmaroham amang patureon hudo sube popparamme (Percayalah, akan saya bantu dan saya tolong semua keturunannmu ini).

Kanjeng Ratu Kidul juga berpesan kepada semua manusia agar tidak membeda-bedakan suku, ”Pabohamu tumanisiae asa unang mambedahon popparanhisude (Beritahu kepada semua manusia supaya tidak membedakan suku).”

Selanjutnya dia berkata lagi,”Asarat martonggo mahita tuoputa (Marilah kita bersama-sama berdoa kepada Tuhan).”

Dialog dengan roh Kanjeng Ratu Kidul itu berlangsung sekitar setengah jam. Isi dialog sarat dengan nasehat kepada manusia agar selalu berbuat kebajikan.

Namun yang pasti, dalam dialog itu juga Kanjeng Ratu Kidul menceritakan sosok asal usul dirinya dan nama aslinya.

Upaya penelusuran ini membuka wacana baru seputar asal usul Kanjeng Ratu Kidul. Acara ritual ini pun tidak dimaksudkan untuk membenarkan satu fihak. Sebagaimana dikatakan Silalahi,

“Kami tidak bermaksud mengklaim kebenaran pendapat kami,”ujar Silalahi sambil tersenyum. “Tetapi kami hanya mencoba mengangkat kembali sebuah isu yang sudah lama berkembang di daerah kami. Kebenarannya boleh saja diperdebatkan,” lanjutnya.


Benar apa yang dikatakannya. Sosok gaib Kanjeng Ratu Kidul memang layak diperdebatkan. Keberadaan maupun asal usulnya bisa darimanapun juga. Tetapi yang pasti, nasehat-nasehat Kanjeng Ratu Kidul yang diucapkan melalui medium yang keserupan, seringkali mengingatkan kita untuk selalu percaya kepada Tuhan.



Sumber : https://gus7.wordpress.com/2008/05/29/gusti-kanjeng-ratu-kidul-berasal-dari-tanah-batak-1

Tuesday, 14 May 2013

Gadis Ini Meninggal Setelah Bertemu Hantu di Hotel Angker

Pada akhir bulan Februari lalu, ada berita mengejutkan dari sebuah hotel di California. Tubuh seorang gadis bernama Elisa Lam, 21 tahun ditemukan dalam tangki air minum hotel. Yang membuat geger, Hotel Cecil tempat gadis tersebut menginap memiliki reputasi horor dan pembunuhan. Rekaman kamera CCTV menunjukkan bahwa Elisa tampak aneh saat berada dalam lift pada malam hari sebelum dia menghilang. Sampai akhirnya seorang pekerja hotel menemukan tubuh Elisa di dalam tangki air hotel.
Agak janggal menerima kenyataan bahwa selama 19 hari, tamu hotel mandi, sikat gigi, minum dan makan dengan air yang sudah terkontaminasi jenazah manusia. Kematian Elisa menyisakan pertanyaan besar. Dia menginap seorang diri di hotel saat liburan. Tidak ada hal ganjil selama dia menginap, dia juga tidak bertemu dengan siapapun. Tetapi sebuah rekaman CCTV memperlihatkan bahwa Elisa tampak aneh saat naik lift, semalam sebelum dia menghilang
download videonya


Video Elisa di dalam lift (c) Dennis Romero

Awalnya, Elisa tampak biasa menekan tombol lift, sendirian. Kemudian dia keluar dari lift dengan gerakan aneh. Dia seperti melihat sesuatu, menghindari entah apa dan melakukan gerakan aneh lalu tampak berlari. Tidak ada kabar lain tentang Elisa hingga dia ditemukan meninggal dalam tangki air yang digunakan Hotel Cecil sebagai tangki air minum. Belum jelas apakah kasus ini merupakan pembunuhan, terpeleset, atau hal gaib lain.


Sejarah Buruk Hotel Untuk Tempat Pembunuhan

Kasus yang menimpa Elisa membuka kembali kisah lama Hotel Cecil. Hotel tua tersebut dibangun tahun 1920, sudah cukup tua. Kematian Elisa menyeret beberapa asumsi bahwa gadis itu bertemu dengan hantu atau arwah penasaran yang pernah menjadi korban pembunuhan di hotel tersebut.

Suasana saat polisi mengangkat mayat Elisa (c) Reuters

Untuk Anda ketahui, dilansir guardian.co.uk, Hotel Cecil menjadi tempat pembunuhan berantai. Beberapa tahun lalu, terjadi pembunuhan berantai yang dilakukan Richard Ramirez atau dikenal sebagai Nightstalker yang membunuh 14 orang, juga Jack Unterweger yang melakukan pembunuhan pada wanita tuna susila. Sementara berdasarkan berita di theghostdiaries.com, pada tahun 1962, terjadi kasus bunuh diri oleh Pauline Otten yang melompat dari jendela, termasuk beberapa kasus pemerkosaan terjadi di Hotel Cecil.
Tidak heran jika kematian Elisa dikaitkan dengan hal-hal gaib, karena Hotel Cecil menyimpan beberapa cerita kelam. Ada yang berasumsi bahwa kematian Elisa terkait arwah-arwah penasaran yang meninggal di hotel tersebut. Ditambah lagi, belum ada pemberitaan lanjutan. Percayakah Anda pada hal ini, ladies?

Sumber : http://www.vemale.com/ragam/21765-gadis-ini-meninggal-setelah-bertemu-hantu-di-hotel-angker.html

Monday, 4 March 2013

MISTERI BENUA ATLANTIS YANG HILANG

Kita telah mengenal Atlantis yang legendaris sejak lama. Selain menarik minat para arkeolog dan penjelajah, Atlantis juga menarik perhatian para panganut new age, ufolog hingga nazi Jerman. Bahkan beberapa orang mengatakan bahwa bangsa Atlantis adalah sekelompok ras super keturunan alien yang memiliki teknologi tinggi. Tapi ngomong-ngomong, berapa banyak dari kalian yang pernah membaca buku Timaeus dan Critias tulisan Plato ? Selalu ada perdebatan apakah Atlantis yang dideskripsikan oleh Plato merupakan sebuah fiksi atau kenyataan. Saya sama sekali tidak kesulitan untuk menerima teori bahwa Atlantis adalah sebuah bangsa yang benar-benar ada dalam sejarah. Namun sepertinya saya mengalami kesulitan untuk menerima teori yang mengatakan bahwa Atlantis adalah negeri para dewa, Ras super keturunan alien dengan teknologi super tinggi, atau teori para penganut new age yang menganggap Atlantis sebagai sebuah benua mistik yang memiliki peranan signifikan dalam kehidupan umat manusia.

Hitler bahkan percaya bahwa bangsa Arya adalah keturunan langsung dari Atlantis yang membuat ia memerintahkan pencarian benua ini. 

Jadi saya memutuskan untuk membaca langsung dari sumber legenda Atlantis, yaitu Timaeus dan Critias karangan Plato yang ditulis pada tahun 347 SM. Tentu saja kalian tahu bahwa manusia cenderung membesar-besarkan sesuatu. benar kan ? Jadi saya harus mencari tahu sendiri apa yang dikatakan Plato mengenai Atlantis.

Dan saya tidak menemukan satupun deskripsi yang mengindikasikan bahwa ras Atlantis adalah ras super keturunan alien dengan teknologi super tinggi. Teknologi dan kemampuan yang dideskripsikan Plato mengenai Atlantis sebenarnya sama saja dengan teknologi yang dimiliki oleh bangsa purba lainnya seperti Yunani, Cina dan Mesir. Bahkan, dalam tulisan Plato disebutkan bahwa Bangsa Atlantis kalah berperang dengan Yunani (Saya percaya kalian belum pernah mendengar soal ini).

Mungkin yang membuat orang berpikir bahwa mereka keturunan alien adalah karena Plato menyatakan bahwa bangsa Atlantis berasal dari keturunan Poseidon, Dewa Samudera Yunani (ini berlaku bagi mereka yang mempercayai teori bahwa dewa-dewa masa purba adalah alien).

Tapi menariknya, jika kita meneliti kisah-kisah legenda masa purba dari Cina kuno, Sumeria, Mesir, Yunani dan bahkan Indonesia, kita juga akan menemukan legenda yang menceritakan bahwa mereka adalah keturunan langsung para Dewa. Jadi saya menganggap, Legenda Atlantis tidak jauh berbeda dengan legenda suku bangsa lainnya. (Maaf untuk penggemar Atlantis)

Tapi ada banyak hal menarik yang bisa dipelajari dari kisah Atlantis. Dan bagi yang belum mengetahuinya, di bawah ini saya sertakan deskripsi singkat mengenai Atlantis.


Potongan-potongan kalimat ini saya terjemahkan dari Timaeus dan Critias versi Inggris terjemahan Benjamin Jowett. Kalian juga dapat mendownloadnya sendiri dengan mengklik link sumber di akhir tulisan ini.

Timaeus dan Critias adalah sebuah buku yang ditulis dalam rupa dialog yang terjadi antara Timaeus, Critias, Hermocrates dan Socrates. Dalam buku itu, kisah Atlantis diceritakan oleh Critias yang mendengar kisah itu dari kakeknya yang juga bernama Critias. Sedangkan Critias (sang kakek) mendengarnya dari Solon. Dan Solon mendengarnya dari para pendeta Mesir.

Timaeus hanya sedikit menyinggung soal Atlantis. Sedangkan Critias lebih banyak mendeskripsikan Atlantis. Namun, Critias sepertinya belum diselesaikan oleh Plato sehingga kita hanya mendapat sepenggal kisah Atlantis. Tapi paling tidak cukup untuk mengambil pelajaran dari bangsa yang luar biasa ini.

Lokasi Atlantis
 "Kekuatan ini datang dari samudera Atlantik. Pada waktu itu, samudera Atlantik dapat dilayari dan ada sebuah pulau yang terletak di hadapan selat yang engkau sebut pilar-pilar Herkules. Pulau itu lebih luas dibandingkan dengan gabungan Libya dan Asia dan pilar-pilar ini juga merupakan pintu masuk ke pulau-pulau lain di sekitarnya, dan dari pulau-pulau itu engkau dapat sampai ke seluruh benua yang menjadi pembatas laut Atlantik. Laut yang ada di dalam pilar-pilar Herkules hanyalah seperti sebuah pelabuhan yang memiliki pintu masuk sempit. Namun laut yang di luarnya adalah laut yang sesungguhnya, dan benua yang mengelilinginya dapat disebut benua tanpa batas. Di wilayah Atlantis ini, ada sebuah kerajaan besar yang memerintah keseluruhan pulau dan pulau lain disekitarnya serta sebagian wilayah di benua lainnya" (Timaeus)

Asal mula bangsa Atlantis
"Sebelumnya aku telah berbicara mengenai pembagian wilayah yang diadakan bagi para dewa dan bagaimana mereka tersebar ke seluruh dunia dalam proporsi yang berbeda-beda. Dan Poseidon, menerima bagiannya, yaitu pulau Atlantis." (Critias)
 
"Di tengah-tengah pulau itu ada sebuah dataran yang dianggap terbaik dan memiliki tanah yang subur. Di situ ada sebuah gunung yang tidak terlalu tinggi di masing sisi-sisinya. Di gunung itu tinggal seorang pria fana bernama Evenor yang memiliki seorang istri bernama Leucippe. Mereka memiliki satu anak perempuan bernama Cleito. Ketika Cleito telah dewasa, ayah dan ibunya meninggal dunia. Poseidon jatuh cinta dan bersetubuh dengannya." (Critias)

Karakteristik Tanah Atlantis
"Poseidon lalu memecahkan tanah di sekitar bukit tempat tinggal Cleito sehingga bukit itu terpisah dari dataran lain. Bukit itu sekarang dikelilingi oleh laut yang berbentuk lingkaran. Poseidon membuat dua bagian daratan seperti ini sehingga jumlahnya menjadi dua daratan yang dikelilingi tiga wilayah perairan." (Critias)

 
"Masing-masing daratan memiliki sirkumferen yang berjarak sama dari tengah pulau tersebut. Jadi tidak ada satu orang dan satu kapalpun yang dapat mencapai pulau itu. Poseidon lalu membuat dua mata air di tengah-tengah pulau, satu air hangat dan satu lagi air dingin. ia juga membuat berbagai macam makanan muncul dari tanah yang subur." (Critias)

Nenek Moyang bangsa Atlantis
"Poseidon dan Cleito memiliki lima pasang anak kembar laki-laki. Ia lalu membagi pulau Atlantis menjadi sepuluh bagian. Ia memberikan kepada anak tertua dari pasangan kembar pertama tempat kediaman ibu mereka dan wilayah yang mengelilinginya yang merupakan tanah terluas dan terbaik. Ia juga menjadikannya raja atas saudara-saudaranya. Poseidon memberi nama anak itu Atlas. Dan karenanya seluruh pulau dan samudera itu disebut Atlantik." (Critias)

Kemakmuran Bangsa Atlantis
"Tanah Atlantis adalah tanah yang terbaik di dunia dan karenanya mampu menampung pasukan dalam jumlah besar." (Critias)

"Tanah itu juga mendapatkan keuntungan dari curah hujan tahunan, memiliki persediaan yang melimpah di semua tempat." (Critias)

"Orichalcum bisa digali di banyak wilayah di pulau itu. Pada masa itu Orichalcum lebih berharga dibanding benda berharga apapun, kecuali emas. Di pulau itu juga banyak terdapat kayu untuk pekerjaan para tukang kayu dan cukup banyak persediaan untuk hewan-hewan ternak ataupun hewan liar, yang hidup di sungai ataupun darat, yang hidup di gunung ataupun dataran. Bahkan di pulau itu juga terdapat banyak gajah" (Critias)

Struktur Masyarakat Atlantis
"Pada masa itu, wilayah Atlantis didiami oleh berbagai kelas masyarakat. Ada tukang batu, tukang kayu, ada suami-suami dan para prajurit. Bagi para prajurit, mereka mendapat wilayah sendiri dan semua keperluan untuk kehidupan dan pendidikan disediakan dengan berlimpah. Mereka tidak pernah menganggap bahwa kepunyaan mereka adalah milik mereka sendiri. Mereka menganggapnya sebagai kepunyaan bersama. Mereka juga tidak pernah menuntut makanan lebih banyak dari yang dibutuhkan." (Critias)

"Para prajurit ini tinggal di sekitar kuil Athena dan Hephaestus di puncak bukit. Di tempat itu mereka kemudian membuat pagar untuk melindungi tempat itu. Di sebelah utara, mereka membangun ruangan untuk makan di musim dingin dan membuat bangunan-bangunan yang dapat digunakan untuk kebutuhan bersama." (Critias)

"Mereka tidak memuja emas dan perak karena bagi mereka, semua itu tidak ada gunanya. mereka juga membangun rumah sederhana dimana anak-anak mereka dapat bertumbuh." (Critias)

'Inilah cara mereka hidup, mereka menjadi penjaga kaum mereka sendiri dan menjadi pemimpin bagi seluruh kaum Helenis yang dengan sukarela menjadi pengikut mereka. Lalu mereka juga menjaga jumlah perempuan dan laki-laki dalam jumlah yang sama untuk berjaga-jaga bila terjadi perang. Dengan cara inilah mereka mengelola wilayah mereka dan seluruh wilayah Hellas dengan adil. Atlantis menjadi sangat termashyur di seluruh Eropa dan Asia karena ketampanan dan kebaikan hati para penduduknya." (Critias)

Teknologi Atlantis
"Mereka membangun kuil, istana dan pelabuhan-pelabuhan. Mereka juga mengatur seluruh wilayah dengan susunan sebagai berikut : pertama mereka membangun jembatan untuk menghubungkan wilayah air dengan daratan yang mengelilingi kota kuno. Lalu membuat jalan dari dan ke arah istana. Mereka membangun istana di tempat kediaman dewa-dewa dan nenek moyang mereka yang terus dipelihara oleh generasi berikutnya. Setiap raja menurunkan kemampuannya yang luar biasa kepada raja berikutnya hingga mereka mampu membangun bangunan yang luar biasa besar dan indah." (Critias)

"Dan mereka membangun sebuah kanal selebar 300 kaki dengan kedalaman 100 kaki dan panjang 50 stadia (9 km). Mereka juga membuat jalan masuk yang cukup besar untuk dilewati bahkan oleh kapal terbesar dan Lewat kanal ini mereka dapat berlayar menuju zona terluar." (Critias)

Kehancuran Pulau Atlantis
"9.000 tahun adalah jumlah tahun yang telah berlangsung sejak perang yang terjadi antara mereka yang berdiam di luar pilar-pilar Herkules dengan mereka yang berdiam di dalamnya. Perang inilah yang akan aku deskripsikan." (Critias)

"Pasukan yang satu dipimpin oleh kota-kota Athena. Di pihak lain, pasukannya dipimpin langsung oleh raja-raja dari Atlantis, yaitu seperti yang telah aku jelaskan, sebuah pulau yang lebih besar dibanding gabungan Libya dan Asia, yang kemudian dihancurkan oleh sebuah gempa bumi dan menjadi tumpukan lumpur yang menjadi penghalang bagi para penjelajah yang berlayar ke bagian samudera yang lain." (Critias)

"Banyak air bah yang telah terjadi selama 9.000 tahun, yaitu jumlah tahun yang telah terjadi ketika aku berbicara. Dan selama waktu itu juga telah terjadi banyak perubahan. Tidak pernah terjadi dalam sejarah begitu banyak akumulasi tanah yang jatuh dari pegunungan di satu wilayah. Namun tanah telah berjatuhan dan menimbun wilayah Atlantis dan menutupinya dari pandangan mata." (Critias)

"Karena hanya dalam semalam, hujan yang luar biasa lebat menyapu bumi dan pada saat yang bersamaan terjadi gempa bumi. Lalu muncul air bah yang menggenang seluruh wilayah." (Critias)

"Namun sesudah itu, muncul gempa bumi dan banjir yang dashyat. Dan dalam satu hari satu malam, semua penduduknya tenggelam ke dalam perut bumi dan pulau Atlantis lenyap ke dalam samudera luas. Dan karena alasan inilah, bagian samudera disana menjadi tidak dapat dilewati dan dijelajahi karena ada tumpukan lumpur yang diakibatkan oleh kehancuran pulau tesebut." (Timaeus)

Penutup - Pelajaran dari Atlantis
"Selama banyak generasi, karakter yang mulia hidup di dalam diri mereka, mereka patuh kepada hukum dan memiliki ketertarikan yang kuat kepada dewa. Mereka memiliki jalan hidup yang baik, menggabungkan kelemahlembutan dengan kebijaksanaan di dalam berbagai aspek kehidupan dan dalam hubungannya dengan sesama." (Critias)

"Mereka tidak mau mengangkat senjata melawan sesamanya, dan mereka akan segera bergegas menolong rajanya ketika ada usaha untuk menggulingkannya. Mereka menolak segala kejahatan dan hanya melakukan kebaikan. Mereka hanya menaruh sedikit perhatian untuk kehidupan mereka sendiri. Mereka menganggap remeh harta benda emas dan perak yang sepertinya hanya menjadi beban bagi mereka." (Critias)

"Bahkan ketika mereka berkelimpahan di dalam kemewahan, mata hati mereka tidak dibutakan olehnya. Mereka sadar bahwa kekayaan mereka akan bertambah oleh perbuatan baik dan persahabatan antara satu dengan yang lain yang juga disertai dengan penghormatan antara sesama. Karakter-karakter semacam itu terus bertumbuh di antara mereka." (Critias)

"Namun, karakter-karakter mulia tersebut mulai memudar dan menjadi terlalu sering dikompromikan. Mereka bercampur dengan sifat-sifat duniawi, dan sifat itu kemudian menjadi pengendali. Karena itu mereka tidak mampu lagi menanggung kekayaan yang mereka miliki. Mereka mulai berperilaku tidak sepantasnya dan mata mereka menjadi rabun karena mereka telah kehilangan harta mereka yang paling berharga." (Critias)

"Zeus, raja para dewa yang memerintah berdasarkan hukum dan mampu melihat perbuatan-perbuatan jahat yang mereka lakukan mulai mencanangkan hukuman bagi ras yang terhormat itu supaya mereka dapat disadarkan dan dimurnikan. Lalu ia mulai mengumpulkan para dewa dari tempat kediaman masing-masing. Setelah mereka semua berkumpul, Zeus berkata : ....." (Critias)

Dan dengan kalimat itulah Critias berakhir, tidak terselesaikan. Jadi kita tidak akan pernah tahu apa yang ingin dikatakan oleh Zeus. Tapi bahkan walaupun buku ini tidak pernah terselesaikan, pengaruhnya terhadap umat manusia jauh lebih besar dibandingkan dengan ribuan buku lainnya.



Sumber : http://www.apasih.com